Pro dan kontra munculnya jurnalisme WhatsApp

Banyak jurnalis menggunakan WhatsApp untuk mewawancarai sumber menggunakan fitur memo suara.

ilustrasi. foto Pixabay

Sebagai seorang jurnalis yang telah bekerja lepas selama hampir 25 tahun, Natasha Tynes telah menyaksikan banyak perubahan dalam proses pengumpulan berita. Dari mengajukan berita melalui faksimili hingga mengirim email untuk pertama kalinya, hingga menggunakan Skype dan Zoom untuk wawancara, teknologi telah mengubah liputan berita secara signifikan dan cepat.

Salah satu tren baru yang disaksikan Natasha akhir-akhir ini, terutama di negara-negara di luar Amerika Serikat, adalah munculnya apa yang disebut "jurnalisme WhatsApp".

Natasha Tynes adalah pendiri Suburban Media Group, dan seorang profesional komunikasi veteran dengan lebih dari dua puluh tahun pengalaman komunikasi digital. Karyanya telah muncul di The Washington Post, Elle Magazine, Nature Magazine, The Huffington Post, majalah Esquire, AlJazeera dan lain-lain. Dia menjadi pembawa acara podcast ExpaTalk.

WhatsApp, dibuat pada tahun 2009, adalah layanan perpesanan paling populer di lebih dari 100 negara. Ini memiliki lebih dari 2,5 miliar pengguna aktif, dan merupakan salah satu dari sedikit aplikasi yang telah diunduh lebih dari lima miliar kali.

Bagaimana wartawan menggunakan WhatsApp