Ramai hoaks, masyarakat lebih percaya pada media mainstream

Memerangi hoaks, Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo telah memiliki platform yakni Stop Hoaks.

Aplikasi untuk mengecek kebenaran informasi demi menangkal hoaks diluncurkan. Aplikasi bernama Opinium./Antara Foto

Di tengah maraknya berita hoaks atau berita bohong, rupanya kepercayaan masyarakat akan media arus utama atau mainstream makin tinggi. Meski begitu, masih banyak pula yang termakan hoaks bahkan turut menyebarkannya. 

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika R Niken Widiastuti menjelaskan, umumnya masyarakat Indonesia terbilang aktif dalam menyebarkan hoaks. Era digital saat ini disebut Niken menggunakan pola komunikasi khusus dengan model 10:90.

"Artinya 10% orang memproduksi hoaks kemudian 90% sisanya tanpa disuruh ikut menyebarkan hoaks," kata Niken seperti dikutip Antara.

Data pengguna internet di Indonesia mencapai 106 juta jiwa dari 262 juta jiwa penduduk Indonesia. Namun penggunaan gawai di Indonesia mencapai 371 juta, artinya satu orang lebih bisa lebih dari satu gawai. 

Artinya informasi beredar sangat cepat tanpa diundang lalu menyerang semua pemilik gawai. Kondisi tersebut mengakibatkan banyaknya informasi yang diterima masyarakat termasuk berita-berita bohong atau hoaks.