Studi pada khalayak atas pemberitaan Covid-19 daring di Jakarta

Karena itu, mereka menganggap berita Covid-19 penting dan berpengaruh terhadap mereka juga.

ilustrasi. foto Pixabay

Serial kedua Seminar Nasional Komunikasi dari Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia dengan tajuk "Misinformasi dan Komunikasi Resiko Covid-19" digelar pada Jumat (20/5).

Gelaran seminar itu, Joseph Edwin bercerita tentang bagaimana 'Third-person Effect sebagai Mediator Pengaruh Penggunaan Social Networking Sites dan Relevansi Pribadi terhadap Intensi Perilaku Preventif: Studi pada Khalayak Berita Covid-19 Daring di DKI Jakarta'.

Joseph, alumnus S2 Ilkom UI, memaparkan bahwa penelitian ini dilatarbelakangi meningkatnya jumlah berita Covid-19 yang beredar di media sosial, khususnya pada masa pandemi. "Sebenarnya peningkatan paparan Covid-19 itu merupakan salah satu aspek dari komunikasi risiko karena berita Covid-19 itu membantu membentuk persepsi masyarakat mengenai Covid-19 yang riil dan akurat," kata Joseph.

Asumsi dasarnya adalah komunikasi risiko yang termasuk meningkatkan sebaran berita Covid-19 itu memiliki hubungan dengan perilaku preventif. Jadi, semakin tinggi upaya komunikasi risiko digagaskan, maka semakin tinggi perilaku preventif masyarakat.

Menurut Joseph, penelitian terdahulu mengatakan bahwa meski berita Covid-19 itu memiliki tujuan yang positif, yaitu mengedukasi masyarakat dan juga menginformasikan masyarakat agar mereka bisa melanjutkan kegiatan seperti biasa meski di tengah pandemi. Akan tetapi, masyarakat menganggap berita wabah sebagai sesuatu yang negatif, sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan.