Menepuk anak harimau: Tantangan dan poin aksi untuk liputan energi di Indonesia

Bagaimana ketergantungan pada batu bara ini berkorelasi dengan kerangka energi dominan di media adalah pertanyaan yang menarik.

ilustrasi. foto Pixabay

Indonesia merupakan pengekspor batu bara termal global terkemuka, dengan beberapa cadangan batu bara terbukti terbesar di dunia. Bagaimana ketergantungan pada batu bara ini berkorelasi dengan kerangka energi dominan di media adalah pertanyaan yang menarik bagi peneliti Ari Ulandari.

Selama tiga bulan, Ulandari meneliti 350 artikel dari tujuh outlet berita di Indonesia: Kompas, Tribunnews, Liputan 6, Okezone, Sindonews, detikNews, dan Kumparan. Dia juga mewawancarai 14 jurnalis dari outlet ini serta yang lainnya. Karyanya dilengkapi dengan karya Cherika Hardjakusumah, peneliti studi kasus, yang melihat kasus spesifik pemberitaan Indonesia tentang omnibus law, yang akan menderegulasi sektor pertambangan batu bara. Hardjakusumah mengambil sampel 40 artikel di tiga outlet: Kompas, Tempo, dan Bisnis.

Berdasarkan penelitian mereka, 67 persen dari 175 artikel batu bara Indonesia dari Januari 2019 hingga Oktober 2020 membingkai sumber energi secara positif, terbanyak dari semua negara 'anak harimau' ('tiger cub', istilah untuk lima negara Asia Tenggara: Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Indonesia). Artikel-artikel tersebut menepis kekhawatiran lingkungan tentang pembangkit listrik tenaga batu bara dengan mengutip teknologi “batu bara bersih”. Di sisi lain, pemahaman tentang teknologi energi terbarukan masih terbatas, dengan hampir setengah dari sampel artikel hanya membahasnya secara abstrak.

Dalam praktik jurnalistik, sejumlah konglomerat media terkemuka di Indonesia, seperti MNC dan CT Corp, memiliki saham di pertambangan batu bara. Ikatan keuangan semacam itu dapat mempengaruhi pilihan kerangka artikel energi, sebuah gagasan yang diakui oleh dua jurnalis yang diwawancarai. Secara umum, keragaman sumber di industri media Indonesia sangat kurang, dengan lebih dari setengah artikel energi dalam analisis kami menampilkan kutipan dari satu sumber saja.

Tantangan pertama: minimnya artikel batu bara yang mengkontekstualisasikan isu untuk Indonesia