Ada 3 kemungkinan pemicu teror di Lemban Tongoa Sigi

Salah satu di antaranya, menurut CIIA, bukan dilakukan MIT. Namun, demi kepentingan lebih besar soal isu terorisme Poso.

Ilustrasi. Foto Antara/Irwansyah Putra

Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, menilai, ada tiga kemungkinan penyebab terjadinya aksi teror di Dusun Tokeleme, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng). Dua di antaranya mengarah kepada kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

Pertama, untuk bertahan hidup (survive). MIT membutuhkan logistik makanan yang diperoleh dari santunan warga setempat yang berada di dekat lokasi persembunyian atau mengambil sendiri dengan cara ilegal.

MIT juga perlu jaminan keamanan bagi keselamatan kelompoknya yang menjadi buronan aparat. Ketika terancam, faktor logistik dan keamanan bisa memicu tindakan kekerasan terhadap sumber ancaman. “Ini dominan soal bertahan hidup," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (30/11).

Karenanya, MIT menuding semua pihak bisa menjadi sumber ancaman, terutama warga setempat yang dianggap sebagai informan kepada aparat. “Jalan pintasnya dieksekusi,” ujar Harits.

Asumsi ini muncul mengingat aparat membunuh dua anggota MIT, beberapa pekan lalu. Itu memicu kelompok ekstremis tersebut mencuriga salah satu keluarga dari warga setempat menjadi informan. “Ini sangat mungkin memicu dendam," jelasnya.