Apa kabar logistik untuk bayi pengungsi gempa?

Kekurangan logistik untuk bayi masih diperlukan para pengungsi di Balaroa, Palu Barat.

Seorang ibu bermain dengan anaknya di tenda pengungsian di Lapangan Vatulemo, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10). (Antara Foto).

Gempa bumi berkekuatan 7,4 skala Richter diiringi tsunami yang melanda Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah merenggut ribuan nyawa. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, korban meninggal akibat bencana alam itu mencapai 2.010 orang.

Saat ini, jumlah pengungsi 82.775 orang. Mereka tersebar di 112 titik pengungsian besar, dengan jumlah 74.044 orang di Sulawesi Tengah dan 8.731 orang di luar Sulawesi Tengah.

Saya mengunjungi salah satu titik pengungsian di sebuah gunung yang ada di Balaroa, Palu Barat, Senin (8/10). Saya ikut rombongan polisi dan wartawan menuju lokasi, menggunakan mobil Avanza. Kami berangkat menumpangi delapan hingga sebelas mobil. Perjalanan yang saya tempuh sekitar empat jam.

Ada sekitar seribuan pengungsi di sini. Ada 20 tenda pengungsi berdiri, satu tenda masing-masing diisi lima kepala keluarga. Setiap tenda berisi satu dapur umum. Tak ada dapur umum besar di sini.

Saya menemui tiga ibu muda di salah satu tenda, yakni Sri Rahayu, Hasna, dan Musdalifa. Mereka tengah sibuk memasak untuk anggota keluarga dan para pengungsi lainnya di salah satu tenda.