Asa dan paranoia mereka yang kembali bekerja di tengah wabah Covid-19

Para pekerja mulai kembali berkantor seperti biasa meski bahaya Covid-19 masih mengintai.

Sebagian orang telah mulai kembali bekerja di kantor. Ilustrasi Alinea.id/Dwi Setiawan

Heni--bukan nama sebenarnya--tak punya pilihan lain selain ikut perintah atasannya. Setelah dua bulan terakhir bekerja dari rumah, perempuan berusia 27 tahun itu akhirnya kembali berkantor seperti biasanya.

"Saya ditelepon orang HRD (human resource department). Itu seminggu sebelum masuk kantor. Katanya, siap-siap masuk kerja lagi, ya. Sudah sepekan ini sekarang masuk kantor. Mau bagaimana lagi? Kita cuma karyawan," kata Heni saat berbincang dengan Alinea.id, Senin  (25/5).

Heni bekerja di sebuah perusahaan finansial di Jakarta. Saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan pada awal April lalu, perusahaan Heni langsung menerapkan work from home (WFH) bagi sebagian pekerja. Heni termasuk salah satunya. 
 
Namun, saat ini pemerintah memperbolehkan pekerja berusia di bawah 45 tahun kembali berkantor karena dianggap "lebih aman" jika terpapar Covid-19. Heni dianggap perusahaannya masuk dalam kategori pekerja semacam itu. Meski gundah, Heni memberanikan diri untuk kembali ke kantor. 

"Itu OTG (orang tanpa gejala) kan bisa menularkan virus Corona walaupun tidak memiliki gejala. Jadi, saya takut. Untung suami menguatkan saya. Katanya, yang penting jangan berkontak dengan orang lain selama bekerja," tutur Heni. 

Lain Heni, lain pula situasi yang dihadapi Yasinta. Kepada Alinea.id, Yasinta mengungkapkan ia dan sejumlah rekan kerjanya berkantor seperti biasa pada era pemberlakuan PSBB.