Bagaimana pesan seruan jihad disebarkan

Lembaga think tank anti-teror London menemukan buku panduan jihad ISIS berjudul “Fiqh al-Dima”. Pesan jihad juga disebarkan di media sosial.

Ilustrasi perang atas terorisme./ Pixabay

“Bunuhlah kaum musyrikin di manapun mereka berada.”

Demikian sepenggal tulisan pembuka Buletin Al-Fatihin edisi ke-10 yang terbit sehari selang pengeboman gereja di Surabaya. Buletin setebal 14 halaman itu sendiri telah terbit sejak 20 Juni 2016. Selain mengabarkan info terkini seputar aksi teror dalam negeri, yang dilakukan tentara khilafah—sebutan untuk teroris—juga menginfokan perkembangan Suriah dan Irak. Itu terbit dalam tiga bahasa, yakni Bahasa Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Tujuan penerbitannya pasti, demi memikat anggota baru ISIS di negara-negara Asia Tenggara.

Buletin yang dalam bahasa Indonesianya bermakna “Para Penakluk” tersebut sengaja disebarkan secara rahasia untuk internal kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD), yang berafiliasi dengan ISIS. Kelompok JAD sendiri diduga menjadi otak serangan bom bunuh diri di Surabaya.

"Al-Fatihin menyebarkan pesan-pesan (ISIS) yang menyerukan kelompok militan di Indonesia dan Filipina untuk bersatu dan bersumpah setia kepada Abu Bakr Al-Baghdadi," tulis analis terorisme dari Nanyang Technological University, Singapura, Jasminder Singh dan Muhammad Haziq Jani.

Dalam artikelnya bertajuk "Al-Fatihin: Islamic State’s First Malay-Language Newspaper" (2016) itu disebutkan, Al-Fatihin menyerukan pesan persatuan bagi seluruh jihadis, kendati identitas, asal-usul, dan bahasa mereka beragam.