Banjir di Batu, kawasan resapan air di lereng Gunung Arjuna gundul

Kawasan resapan air lereng Gunung Arjuna berubah dari kawasan vetiver (akar wangi) menjadi perkebunan semusim.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari (kiri) dan Walikota Batu Dewanti Rumpoko, di sela-sela konferensi pers, Sabtu (6/11/2021). Foto tangkapan layar Youtube BNPB Indonesia.

Banjir dan tanah longsor yang terjadi di Kota Batu, Jawa Timur, Kamis (4/11) disebabkan oleh kawasan resapan air di Gunung Arjuna yang gundul. Kawasan tersebut berubah dari kawasan vetiver (akar wangi) menjadi perkebunan semusim.

Alih fungsi lahan ini menyebabkan perubahan ekologis yang sangat fatal. Pasalnya tanaman vetiver merupakan tipe tanaman berakar keras yang mampu mencegah longsor dan menyerap air, sementara tanaman perkebunan memiliki karakteristik sebaliknya.

"Hasil sementara survei udara daerah hulu dan hilir menunjukkan ada banyak kawasan aliran air di lereng Gunung Arjuna yang tersumbat akibat longsor dari lahan gundul," ujar Plt. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, dalam konferensi pers virtual di jaringan Youtube BNPB Indonesia, Sabtu (6/11) sore.

Dia melanjutkan, penyumbatan tersebut menyebabkan banjir bandang lantaran air tidak mengalir di tempat yang semestinya. Padahal, tingkat risiko longsor di lereng Gunung Arjuna, menurut analisis BNPB, berada di tataran sedang hingga tinggi.

Di kawasan hulu, katanya, ada daerah yang disebut oleh warga setempat sebagai kali mati, yakni kawasan yang tetap kering jika intensitas hujan terpantau kecil hingga sedang. Sayangnya, kali mati ini terpantau diterjang banjir karena alih fungsi lahan dari tanaman penyangga ke tanaman perkebunan. BNPB mencatat di sepanjang lereng Arjuna terdapat enam alur lembah sungai dengan tujuh punggungan.