Bansos Covid-19: Datanya berantakan, duitnya jadi bancakan

Kesemrawutan data jadi pangkal persoalan penyaluran bansos Covid-19 berantakan.

Ilustrasi polemik penyaluran bansos Covid-19. Alinea.id/Dwi Setiawan

Di lorong yang menjadi satu-satunya akses masuk ke rumah kontrakannya di RT 10 RW 02, Percetakan Negara, Kecamatan Rawasari, Jakarta Pusat, Kusnadi duduk sembari termenung, Selasa (11/8) petang itu. Hanya mengenakan celana, tubuh kurusnya tampak memilukan. 

Kusnadi tengah memikirkan masa depannya yang kian suram di tengah  pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir. "Saya kerjanya serabutan. Tetapi, tawaran kerja sekarang makin susah datang," kata Kusnadi ketika berbincang dengan Alinea.id

Ia lantas mengajak Alinea.id beranjak memasuki kontrakan kecilnya. Dari sebuah lemari es tua di kontrakan itu, Kusnadi kemudian mengambil sebuah kaleng sarden berukuran kecil. 

Makanan kalengan itu merupakan salah satu item dalam paket sembako yang diterimanya sejak tiga bulan lalu. Selain dua kaleng sarden, Kusnadi juga mendapat 5 kilogram beras, 0,9 liter minyak goreng, dan 2 bungkus mi instan. 

"Belum pernah mendapat bantuan uang. Ikan kaleng rasanya tidak enak. Mi juga tidak seperti yang kita beli di warung. Kami cuma sekali makan. Setelah itu, simpan saja di lemari es. Ya, meski cuma sembako, setidaknya bisa dimakan. Kan sayang, cuma buat disimpan dan dibuang," tuturnya.