Bapanas ungkap penyebab harga gabah dan beras masih tinggi

Yang terpenting adalah bagaimana strategi yang dilakukan Bulog dapat menjaga harga beras agar stabil.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan kiatnya dalam mengupayakan stabilisasi harga beras. Dokumentasi Pemkab Temanggung

Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah menugaskan Perusahaan Umum (Perum) Bulog untuk melakukan stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) komoditas beras selama 2023 minimal 1,2 juta ton. Dalam pelaksanaannya, Bapanas dan Bulog juga berkolaborasi dengan sejumlah pihak guna memastikan stok dan harga beras di pasaran tidak mengalami lonjakan.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, mengatakan, pihaknya telah menyalurkan SPHP beras sebanyak ratusan ribu ton hingga Maret 2023 untuk meredam laju peningkatan harga di tingkat konsumen.

"Pada 2023 ini sudah kita tetapkan bahwa cadangan pangan, khususnya beras, sebanyak 2,4 juta ton dengan ending stoknya adalah 1,2 juta ton. Ini sudah kami tugaskan kepada Bulog," kata Ketut dalam Alinea Forum bertajuk "Memperkuat CBP dari Pengadaan Dalam Negeri" yang ditayangkan daring, Senin (17/4).

Melalui penugasan tersebut, Bulog melakukan penyerapan untuk memenuhi stok beras. Meski demikian, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga gabah dan beras masih tinggi, padahal harga pembelian pemerintah (HPP) telah dinaikkan. HPP gabah kering panen saat ini sebesar Rp5.000 per kilogram, sedangkan beras di gudang Bulog Rp9.950 per kilogram.

Ada sejumlah faktornya yang membuat harga gabah dan beras masih tinggi di pasar. Pertama, kata Ketut, sebagian besar penggilingan tak memiliki stok saat masa panen 2023. Di sisi lain, mereka harus tetap menjaga jejaring distribusi dan pelayanan. Mau tidak mau mereka tetap membeli gabah meski harganya tinggi.