Bayang-bayang maut di jalan hidup si kupu-kupu malam

Pembunuhan terhadap pekerja seks komersial oleh pelanggan seolah tak pernah berhenti terjadi.

Ilustrasi pekerja seks komersial. Alinea.id/Jums

Mengenakan baju terusan berwarna merah super ketat, perempuan muda itu duduk di pojok kiri sebuah kafe di kawasan, Jakarta Pusat. Dengan rambut dicat pirang dan bibir yang dipoles gincu berwarna cokelat, ia terlihat penuh percaya diri. 

Penampilannya yang "berani" itu bikin sejumlah pria pengunjung kafe tak kuasa untuk melirik ke arahnya. Di tengah tatapan orang-orang asing itu, ia membuka tas make up dan mulai membenahi dandanannya.  

"Saya sebenarnya pengin berhenti, tapi enggak tahu entah kapan," kata perempuan itu saat berbincang dengan Alinea.id di kafe itu, belum lama ini.

Dara muda itu ingin disamarkan dengan nama Dewi. Empat tahun lalu, ia sempat bekerja di sebuah kelab (club) malam di kawasan Jakarta Pusat. Di tempat itu, selain sebagai pramusaji, Dewi juga bertugas melayani pria-pria hidung belang.

Dewi ke Jakarta diajak seorang temannya sekitar tujuh tahun lalu. Meski dilarang orang tua dan hanya mengantongi ijazah sekolah menengah pertama (SMP), Dewi nekat mengadu nasib. Apalagi, temannya itu terkenal sukses di kampung.