Belajar dari flu Spanyol 1918, pemahaman literasi menjadi kunci

Pemerintah Hindia Belanda juga menerbitkan buku literasi berjudul “Lelara Influenza” (Penyakit Influenza).

Sebuah mobil yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Rakyat untuk melakukan penerangan atau propaganda mengenai masalah kesehatan dan penyembuhan penyakit flu Spanyol 1918. Foto BNPB/ lampiran buku “Yang Terlupakan Sejarah Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda"

Pandemi Covid-19 yang sedang melanda Indonesia dan sebagian besar negara di dunia, tak jauh berbeda dengan flu Spanyol pada 1918 silam.

Pemerintah Hindia Belanda atau Indonesia pada saat itu, juga memberikan imbauan kepada masyarakat agar patuh terhadap protokol kesehatan, meliputi memakai masker, tinggal di rumah dan menjaga kebersihan, layaknya apa yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk penanganan pandemi Covid-19 saat ini.

Dalam menyampaikan imbauan itu, Pemerintah Hindia Belanda melakukannya melalui berbagai upaya, seperti melalui kampanye mobil kesehatan. Hal tersebut lebih efektif dilakukan mengingat masih banyak keterbatasan pada saat itu.

“Secara rutin berkeliling kota dan seolah-olah mengingatkan, ini adalah penyakit yang sifatnya mematikan, jadi lebih baik tinggal di rumah, tetap memakai masker, karena itu, dan juga terjagalah kebersihan. Itu yang disampaikan terus dan terus dan terus,” jelas Sejarawan Universitas Indonesia Tri Wahyuning M Irsyam, di Media Center Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Jakarta, Sabtu (1/8).

Selain melalui kampanye tersebut, Pemerintah Hindia Belanda juga menerbitkan buku literasi berjudul “Lelara Influenza” (Penyakit Influenza), yang kemudian dialihbahasakan ke dalam cerita pewayangan oleh campur tangan dalang.