Belajar mendamaikan Papua dari Gus Dur

Gus Dur dinilai sukses memadamkan api konflik di Papua pada periode 1999-2000.

Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD (keempat kanan) bersama para tokoh bangsa Frans Magnis Suseno (kiri), Alwi Shihab (kedua kiri), Alissa Wahid (ketiga kiri), Simon Morin (keempat kiri), Sinta Nuriyah Wahid (tengah), Beny Susetyo (ketiga kanan), Quraish Shihab (kedua kanan) dan Acmad Suaedy (kanan) berfoto bersama usai menyampaikan pernyataan terkait kerusuhan di Papua di Jakarta, Jumat (23/8). /Antara Foto

Pemerintah perlu belajar dari Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dalam mengatasi konflik Papua. Menurut anggota Ombudsman RI Ahmad Suaedy, saat berkuasa, Gus Dur berhasil meredam konflik yang terjadi di Bumi Cenderawasih pada periode 1999-2000.

"Melihat tahun 1999 Desember sampai tahun 2000 itu tidak ada penembakan di bawah (kepemimpinan) Gus Dur," tutur Ahmad dalam konferensi pers tentang Papua di Hotel Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Jumat (23/8). 

Menurut Ahmad, Gus Dur menempuh jalur dialog saat berupaya memadamkan api konflik di Papua. Gus Dur bahkan memperbolehkan masyarakat Papua mendiskusikan kemerdekaan dan mengibarkan bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua.

Gus Dur, kata Ahmad, ketika itu menganggap bendera OPM hanya sebagai bendera budaya saja. Yang terpenting, lanjut dia, masyarakat Papua tidak mendeklarasikan untuk memisahkan diri dengan Indonesia. 

"Kemudian dirumuskan dalam satu tahun lebih itu dan hasilnya adalah Undang-undang Otonomi Khusus (Papua) tahun 2001. Dan, saat ini (Undang-undang) Otsus tidak dilaksanakan. Itu salah satu sebab kenapa Papua seperti ini," tutur Ahmad.