Benarkah kemiskinan picu kriminalitas?

tingginya persentase warga miskin di daerah tertentu, tidak selalu berbanding lurus dengan tingginya rasio kriminalitas.

Polisi menggiring seorang pelaku jambret yang sempat diamuk massa di Padang, Sumatera Barat, Jumat (22/5/2020). Foto Antara/Iggoy el Fitra/wsj.

 Pandemi Covid-19 memang berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Yang paling mencolok adalah fenomena pemutusan hubungan kerja yang terjadi di mana-mana, sehingga memicu peningkatan jumlah pengangguran dan warga miskin. 

Memang, belum ada data resmi mengenai berapa jumlah orang yang jatuh miskin. Namun, fenomena ini memunculkan kekhawatiran di tengah-tengah masyarakat, meningkatnya kemiskinan akan memicu peningkatan kriminalitas pula.

Tingkat kemiskinan di suatu daerah kerap dikaitkan dengan tingginya angka kriminalitas di daerah tersebut. Namun, riset Lifepal menunjukkan, tingginya persentase warga miskin di daerah tertentu (dalam hal ini provinsi), tidak selalu berbanding lurus dengan tingginya rasio kriminalitas di provinsi tersebut.

Nyatanya, Kepolisian Republik Indonesia (Polri), menyuguhkan fakta yang berlawanan dengan kekhawatiran masyarakat. Rilis terbaru Korps Bhayangkara menyebut, tingkat kriminalitas di Indonesia justru menurun 27,03% pada pekan ke-21 pada 2020, atau berkurang 1.010 kasus bila dibandingkan pekan sebelumnya. 

Untuk melihat lebih jauh apakah ada keterkaitan antara tingginya kemiskinan dengan banyaknya tindak kejahatan di suatu daerah, Lifepal membandingkan dua set data.