BMKG: Kemarau di Banten bisa berdampak pada sektor pertanian

9.843 hektare lahan sawah yang tersebar di kabupaten dan kota Provinsi Banten mengalami kekeringan.

Petani menunjukkan padi gagal panen akibat kekeringan di Desa Ketapang, Lebak, Banten, Kamis (27/6)./AntaraFoto

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Klas 1 Serang memprediksi puncak musim kemarau di Provinsi Banten terjadi pada Agustus 2019. Oleh karena itu, masyarakat diimbau agar waspada dan berhati-hati terhadap kekeringan yang bisa berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan. 

Berdasarkan hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) terdapat potensi kekeringan meteorologis (iklim) di sebagian besar Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan kriteria panjang hingga ekstrim.

"Kami sudah melaporkan kapan musim kemarau mulai dan berakhir. Kami sudah menyampaikan ke BPBD dan Dinas Pertanian serta Pemerintah Daerah Provinsi Banten supaya bisa mendrop air," kata Prakirawan BMKG) Stasiun Meteorologi Klas 1 Serang, Kamis (4/7).

Provinsi Banten telah mengalami HTH lebih dari 31 hari  dan prakiraan curah hujan rendah kurang dari 20 mm dalam 10 hari dengan peluang lebih dari 70%.

"Masyarakat dihimbau menghemat air bersih dan bisa menjaga kondisi fisik kita karena cuaca cukup terik. Tempratur juga cukup tinggi, agar stamina tetap terjaga," katanya.