BNPB akui sudah petakan wilayah rawan bencana di seluruh Indonesia

Pemetaan wilayah rawan bencana di seluruh Indonesia dilakukan lewat Inarisk.

Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pangarso Suryotomo (Papang) dalam penjelasannya di Polemik MNC Trijaya “Menyoal Mitigasi dan Penanganan Bencana”, Sabtu (3/12). (tangkapan layar youtube MNC Trijaya) (Alinea.id/Erlinda PW)

Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pangarso Suryotomo menyampaikan, saat ini BNPB telah memiliki platform guna mengetahui informasi bencana dan risiko terjadinya bencana, yaitu Inarisk.

Platform ini berdasarkan informasi dari laman BNPB menggunakan arcgis server sebagai data server yang menggambarkan cakupan wilayah ancaman bencana, populasi terdampak, potensi kerugian fisik, potensi kerugian ekonomi, dan potensi kerusakan lingkungan, serta terintegrasi dengan realisasi pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko bencana sebagai tool monitoring penurunan indeks risiko bencana.

Secara rinci, pria yang akrab disapa Papang ini melaporkan, sejumlah wilayah Indonesia yang memiliki risiko bencana dan jenis bencananya.

“Kami sekarang bisa memetakan, sekitar hampir 80 ribu desa di Indonesia dan 53 ribu di antaranya rawan bencana tinggi dan sedang. 45 ribu desa lebih rawan gempa, kemudian desa yang rawan gempa dan tsunami ada sekitar 5.744 desa," ujar Papang dalam diskusi secara daring, Sabtu (3/12).

Kemudian, ada sekitar 2.160 desa yang rawan terdampak gunung api, sekitar 37 ribu desa berisiko terdampak banjir, dan 41 ribu rawan kekeringan.