BNPB: Hunian sementara korban gempa selesai dua bulan

Data terbaru BNPB per Kamis 11 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB menyatakan, 67.310 unit rumah rusak.

Sejumlah anak pengungsi korban gempa dan tsunami saat mengikuti 'Trauma Healing' di lokasi pengungsian di Lapangan Vatulemo di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (10/10)./AntaraFoto

Sebanyak 65.773 unit rusak di Palu, 897 unit di Sigi, dan 680 unit di Donggala. Akibatnya, para korban bencana terpaksa diungsikan ke beberapa tenda-tenda pengungsian. Beberapa korban juga memilih membangun tenda di pinggir jalan ataupun halaman rumah masing-masing. 

"Ini tidak nyaman, rawan kesehatan, apa lagi kalau berpencar menimbulkan kesulitan dalam distribusi logistik," jelas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (11/10).

Hunian sementara (huntara) diestimasikan akan selesai pembangunannya dalam dua bulan. Dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Huntara akan menjadi solusi pemerintah untuk menangani masalah ini, warga dapat tinggal di huntara sambil menunggu rumah mereka dibangun kembali.

Menurut Sutopo, proses relokasi diperkirakan berlangsung selama 1 hingga 2 tahun. "Ada dua jenis, tidak direlokasi tapi rumah mereka hancur, akan dibangun huntap (hunian tetap) di tapak mereka semula," jelas Sutopo.

Penyediaan huntara ini akan memakan biaya rata-rata Rp8-15 juta dengan penyediaan yang dapat datang dari pemerintah, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan dunia usaha.