Serangan siber melonjak, BSSN ragukan kesiapan transformasi digital

Serangan siber selama April-Mei 2020 jumlahnya dua kali lebih banyak dibandingkan sepanjang 2019.

Ilustrasi. Freepik

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat, serangan siber dengan kasus pencurian data pribadi meningkat drastis pada April-Mei 2020. Jumlahnya dua kali lipat lebih banyak dibandingkan sepanjang 2019.

"Peningkatan ini warning buat kita. Di masa pandemi, ternyata ketika kita beraktivitas di rumah itu tidak seaman beraktivitas di kantor," ucap Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional (Pusopkamsinas) BSSN, Adi Nugroho, dalam webinar, Senin (1/3).

"Kalau di kantor, kita masih terproteksi keamanannya, sementara kalau kita beraktivitas di rumah dengan penggunaan komputer pribadi, misalnya, sering mengakses situs-situs berbahaya dan meningkatkan risiko terinfeksi malware," sambungnya.

Berdasarkan hasil pemantauan keamanan siber pada 2020, terdeteksi terdapat 495.337.202 anomali trafik di Indonesia. Sedangkan pada 2019 hanya 288.277.285 anomali trafik.

Berdasarkan asal negara, sumber anomali trafik tertinggi pada 2020 adalah Amerika Serikat (AS), China, Indonesia, Belanda, Korea Selatan (Korsel), Australia, Rusia, Perancis, Kanada, dan Jerman.