Cara Gus Dur mendamaikan Papua

Selama menjadi presiden, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, memiliki pendekatan yang berbeda dengan presiden Indonesia lainnya.

Gus Dur memiliki pendekatan manusiawi dalam mengatasi konflik Papua. Alinea.id/Sulthanah Utarid.

Aksi massa dan kerusuhan di beberapa tempat di Papua, yang dipicu ujaran rasisme kepada mahasiswa di Surabaya dan Malang, membuat sejumlah orang rindu sosok presiden ke-4 Indonesia, Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur.

Ketika Gus Dur menjabat presiden (1999-2001), Indonesia menghadapi masalah disintegrasi. Beberapa daerah ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satunya Papua—saat itu masih bernama Irian Jaya.

Sejumlah orang menganggap, Gus Dur bisa meredam bara konflik yang lama menyala di Bumi Cenderawasih. Hal itu diakui aktivis dari Papua, Arkilaus Baho.

"Kalau saya mengibaratkan, Gus Dur itu ibarat memberikan air kepada orang yang sedang haus," ujar Arkilaus saat ditemui Alinea.id di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (26/8).

Arkilaus menilai, Gus Dur adalah presiden yang paling demokratis terhadap masyarakat Papua. Bukti nyatanya, kata dia, Gus Dur mengembalikan nama Papua dan memperbolehkan orang Papua mengibarkan bendera Bintang Kejora.