CDS: Perempuan jadi teroris karena ajakan suami

Perempuan tidak hanya menjadi simpatisan tetapi kini sudah menjadi bagian dari perencana aksi teror.

Ilustrasi perempuan pelaku bom bunuh diri. Alinea.id/Oky Diaz

Peneliti Center for Detention Studies (CDS) Clianta de Santo mengungkap, perempuan lebih banyak melakukan teror melalui suami atau keluarga yang merupakan pelaku teror.

Dari hasil penelitian yang dilakukan menggunakan data dalam database, Clianta memaparkan, telah terjadi perubahan peran perempuan dalam kasus terorisme. Di mana perempuan tidak hanya menjadi simpatisan tetapi kini sudah menjadi bagian dari perencana aksi teror.

Perubahan ini disebabkan adanya motivasi kuat dari suami, yang mana juga merupakan pelaku teror. Clianta memberikan beberapa contoh perempuan terkait peran dan motivasinya yang bisa mempengaruhi untuk melakukan aksi teror, seperti Dian Yulia Novi dan Pudji Astuti.

“Dia (Dian Yulia Novi) ingin menebus kesalahan orangtuanya yang berobat pada dukun, jadi lebih ke kepercayaan, ia kemudian menikahi Nur Solihin, dan walaupun Nur Solihin ini yang memang merencanakan seluruh aksi pengeboman, tapi Dian Yulia Novi dari awal memang ingin sekali untuk melakukan bom bunuh diri” jelasnya dalam keterangan daring, Rabu (9/9).

Ia juga memaparkan Pudji Astuti, salah satu pelaku bom bunuh diri pada tiga gereja di Surabaya, memiliki peran untuk meradikalisasi anak-anaknya. Sementara itu, Pudji Astuti sendiri diradikalisasi oleh suaminya.