Cerita dari dalam pesantren Khilafatul Muslimin: "Anak Imam Samudra pernah kami didik..."

Setidaknya ada 25 pesantren yang didanai dan dikelola Khilafatul Muslimin di berbagai wilayah di Indonesia.

Ilustrasi organisasi Khilafatul Muslimin. Alinea.id/Aisya Kurnia

Bendera merah putih berkibar di sebuah tiang yang terpacak di halaman pondok Ukhuwah Islamiyyah di kawasan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Jawa Barat, Sabtu (25/6), siang itu. Rumah bertingkat yang didominasi cat putih dan hijau itu sepi. Tidak ada lagi kegiatan belajar-mengajar setelah mayoritas santri penghuni pesantren dipulangkan. 

"Sementara ini, kegiatan pesantren kami hentikan karena masih belum kondusif untuk belajar pascaperistiwa kemarin," ujar pengasuh Ukhuwah Islamiyyah, Abu Salma, saat berbincang dengan Alinea.id di salah satu ruangan di institusi pendidikan "milik" Khilafatul Muslimin itu. 

Peristiwa yang dimaksud Abu Salma ialah penangkapan terhadap pimpinan tertinggi Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Hasan Baraja. Dipercaya oleh para anggotanya sebagai khalifah, Abdul Qadir diringkus personel Polda Metro Jaya di kantor pusat Khilafatul Muslimin di Lampung, awal Juni lalu.

Dalam penangkapan yang disertai penggeledahan tersebut, polisi menemukan belasan ribu dokumen keanggotaan Khilafatul Muslimin. Terungkap pula setidaknya ada 25 institusi pendidikan yang terafiliasi dengan Khilafatul Muslimin. Salah satunya ialah Ukhuwah Islamiyyah. 

Pesantren Ukhuwah Islamiyyah, kata Abu Salma, sudah beroperasi sejak 2008. Banyak alumni telah lulus, termasuk di antaranya anak-anak mantan pentolan teroris Jamaah Islamiyah (JI). "Anak Imam Samudra pernah kami didik di sini," ungkap dia.