Dana perawatan disunat faktor tsunami di Palu tak terdeteksi

Selain minimnya anggaran perawatan, alat pendeteksi tsunami itu rusak karena dicuri oleh orang tidak bertanggung jawab

Suasana jembatan kuning yang ambruk akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9). Antara Foto

Bencana alam gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, menimbulkan banyak korban jiwa. Tsunami yang datang pada Jumat, (28/9) tidak diketahui karena tsunami early warning system atau alat pendeteksi tsunami yang terpasang di laut ternyata rusak sejak tahun 2012.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan untuk mendeteksi munculnya tsunami memerlukan sebuah alat yang disebut bouy tsunami. Alat tersebut dibutuhkan karena bisa mendeteksi gelombang besar di tengah laut, termasuk tsunami.

"Di laut, kita membutuhkan yang namanya bouy tsunami agar dapat mendeteksi gelombang yang ada di tengah laut," kata Sutopo di Jakarta pada Senin, (1/10). 

Sutopo menjelaskan, alat pendeteksi tsunami yang rusak tersebut sebetulnya dikelola oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Namun sayang, alat pendeteksi tsunami yang terpasang sejak 6 tahun silam itu rusak karena berbagai faktor.

Pertama, kerusakan disebabkan karena minimnya anggaran perawatan. Berdasarkan catatan Sutopo, anggaran untuk perawatan alat bouy tsunami terpangkas. Sutopo pun tak menjelaskan lebih rinci mengenai alasan pemangkasan anggaran perawatan tersebut. Kedua, karena aksi pencurian dan vandalisme oleh orang tidak bertanggung jawab.