sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Dana perawatan disunat faktor tsunami di Palu tak terdeteksi

Selain minimnya anggaran perawatan, alat pendeteksi tsunami itu rusak karena dicuri oleh orang tidak bertanggung jawab

Rakhmad Hidayatulloh Permana
Rakhmad Hidayatulloh Permana Senin, 01 Okt 2018 18:06 WIB
Dana perawatan disunat faktor tsunami di Palu tak terdeteksi

Bencana alam gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, menimbulkan banyak korban jiwa. Tsunami yang datang pada Jumat, (28/9) tidak diketahui karena tsunami early warning system atau alat pendeteksi tsunami yang terpasang di laut ternyata rusak sejak tahun 2012.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan untuk mendeteksi munculnya tsunami memerlukan sebuah alat yang disebut bouy tsunami. Alat tersebut dibutuhkan karena bisa mendeteksi gelombang besar di tengah laut, termasuk tsunami.

"Di laut, kita membutuhkan yang namanya bouy tsunami agar dapat mendeteksi gelombang yang ada di tengah laut," kata Sutopo di Jakarta pada Senin, (1/10). 

Sutopo menjelaskan, alat pendeteksi tsunami yang rusak tersebut sebetulnya dikelola oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Namun sayang, alat pendeteksi tsunami yang terpasang sejak 6 tahun silam itu rusak karena berbagai faktor.

Pertama, kerusakan disebabkan karena minimnya anggaran perawatan. Berdasarkan catatan Sutopo, anggaran untuk perawatan alat bouy tsunami terpangkas. Sutopo pun tak menjelaskan lebih rinci mengenai alasan pemangkasan anggaran perawatan tersebut. Kedua, karena aksi pencurian dan vandalisme oleh orang tidak bertanggung jawab.

"Banyak mengalami vandalisme. Jadi, karena di tengah samudera tidak ada yang memantau, akibatnya sensornya diambil. Ada lampu kedap-kedip diambil. Buat dijadikan tambatan kapal. Biaya maintanance-nya pun berkurang. Ini yang menyebabkan akhirnya rusak," ujar Sutopo.

Kendati demikian, Sutopo menambahkan, deteksi dini terhadap bencana tsunami masih bisa dilakukan dengan memanfaatkan pemodelan kekuatan gempa dari alat seismograf. 

"Tanpa bouy tsunami, peringatan dini tsunami masih berjalan," ujarnya.

Sponsored

Lain halnya dengan di Palu, di wilayah lain seperti Sukabumi, alat pendeteksi tsunami terpasang di 9 kecamatan. Terdiri atas Kecamatan Ciracap, Ciemas, Tegalbuleud, Ciwaru, Cisolok, Palabuhanratu, Cikakak, Simpenan, dan Surade. Semua alat pendeteksi tsunami itu masih berfungsi. Hal tersebut dinyatakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

"Memang sempat ada beberapa yang rusak, tetapi sudah diperbaiki seperti yang berada di perairan laut Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap," kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi, Eka Widiaman.

Keberadaan alat ini, kata Eka, tentunya sangat penting. Apalagi Kabupaten Sukabumi mempunyai garis pantai yang cukup panjang mencapai 117 km. Pihalat tersebut. Ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kemungkinan kerusakan atau tidak berfungsi karena terkena jaring nelayan, tersenggol maupun rusak karena faktor alam dan lainnya.

Menurut Eka, Kabupaten Sukabumi merupakan daerah rawan gempa. Karena itu,  keberadaan alat pendeteksi tsunami ini penting. Tujuannya untuk meminimalisasi korban jika terjadi gempa yang berpotensi terjadinya tsunami. Pihaknya selalu siaga setiap saat untuk mengantisipasi terjadinya bencana, serta berkoordinasi dengan berbagai pihak dalam penanggulangan pascabencana.

"Secara rutin kami selalu memberikan imbauan bahkan sosialasi kepada masyarakat khususnya warga pesisir bagaimana cara menanggulangi bencana dan apa saja yang dilakukan jika terjadi bencana," kata Eka.

Berita Lainnya
×
tekid