Darurat paham radikalisme di sekolah

Intoleransi anak di sekolah menunjukkan keengganan mengikuti upacara dan menghormati Pancasila.

Spanduk di Jl. Malioboro, Yogyakarta, sebagai bentuk sikap masyarakat menolak terorisme radikalisme/ Antara Foto

Sekolah seharusnya menjadi tempat untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan rasa toleransi. Namun rupanya, saat ini justru sekolah menjadi sarang dari tumbuhnya paham radikalisme.

Hasil riset yang dilakukan oleh Setara Institute menunjukkan 170 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Indonesia  terindikasi paham terorisme. Hasil yang mencengangkan. Terlihat para pelajar SMA setuju dengan paham-paham radikalisme.

Misalnya saja, persentase 0,3% dari jumlah siswa disebut terindikasi dengan jaringan terorisme. Lalu, 2,4% siswa SMA terbilang intoleransi, dan 5,8% setuju kalau Pancasila diganti.

Paling mencengangkan kesetujuan para pelajar terhadap Indonesia menjadi negara khilafah dengan persentase 11,3%. Nah, sebanyak 21% disebutkan setuju ISIS sebagai kelompok teroris.

Direktur Riset Setara Halili mengaku prihatin atas temuan tersebut. Apalagi, survei menunjukkan hasil temuan tersebut mayoritas banyak berasal dari sekolah negeri.