Deformasi turun, tak jamin pergerakan magma Merapi berakhir

Karenanya, BPPTKG hingga kini masih tetap menerapkan status Siaga (level III).

Gunung Merapi. Twitter/@BPPTKG

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta tetap memberlakukan status Siaga (level III) terhadap Gunung Merapi sekalipun menunjukkan terjadinya penurunan seismik deformasi dari 11-12 sentimeter (cm) pekan lalu (7-13 Desember) menjadi 9 cm pada hari ini (Jumat, 18/12).

"Penurunan ini disebabkan banyak faktor yang memengaruhi. Kemungkinan salah satunya itu adalah pada saat magma itu sudah semakin di permukaaan, berarti tekanan itu juga yang terdeformasi. Itu, kan, bagian atas, nih. Jadi, sudah semakin di atas tekanan, itu sudah semakin berkurang sehingga deformasinya itu menjadi lebih pendek dibanding yang sebelumnya," kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, dalam keterangan pers, beberapa saat lalu.

Seismik deformasi merupakan perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif, yang salah satu penyebabnya adalah pergerakan lempeng bumi.

Faktor berikutnya, menurut dia, terjadinya pengawangan (degassing) dan melemahnya kekuatan gas untuk mendorong magma kembali ke permukaan secara terus-menerus. “Intinya, itu kemungkinan terjadi karena kurang kuatnya sekarang magma mendorong untuk lebih ke permukaan ataupun ini magma sudah jauh atau sudah lebih dangkal lagi."

Karenanya, Hanik berpendapat, terlalu dini untuk menyimpulkan aktivitas pergerakan magma juga telah berakhir. Apalagi, angka 9 cm per hari ditinjau dari intensitasnya masih tergolong tinggi.