sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Deformasi turun, tak jamin pergerakan magma Merapi berakhir

Karenanya, BPPTKG hingga kini masih tetap menerapkan status Siaga (level III).

Andi Adam Faturahman
Andi Adam Faturahman Jumat, 18 Des 2020 19:22 WIB
Deformasi turun, tak jamin pergerakan magma Merapi berakhir

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta tetap memberlakukan status Siaga (level III) terhadap Gunung Merapi sekalipun menunjukkan terjadinya penurunan seismik deformasi dari 11-12 sentimeter (cm) pekan lalu (7-13 Desember) menjadi 9 cm pada hari ini (Jumat, 18/12).

"Penurunan ini disebabkan banyak faktor yang memengaruhi. Kemungkinan salah satunya itu adalah pada saat magma itu sudah semakin di permukaaan, berarti tekanan itu juga yang terdeformasi. Itu, kan, bagian atas, nih. Jadi, sudah semakin di atas tekanan, itu sudah semakin berkurang sehingga deformasinya itu menjadi lebih pendek dibanding yang sebelumnya," kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, dalam keterangan pers, beberapa saat lalu.

Seismik deformasi merupakan perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif, yang salah satu penyebabnya adalah pergerakan lempeng bumi.

Faktor berikutnya, menurut dia, terjadinya pengawangan (degassing) dan melemahnya kekuatan gas untuk mendorong magma kembali ke permukaan secara terus-menerus. “Intinya, itu kemungkinan terjadi karena kurang kuatnya sekarang magma mendorong untuk lebih ke permukaan ataupun ini magma sudah jauh atau sudah lebih dangkal lagi."

Karenanya, Hanik berpendapat, terlalu dini untuk menyimpulkan aktivitas pergerakan magma juga telah berakhir. Apalagi, angka 9 cm per hari ditinjau dari intensitasnya masih tergolong tinggi.

"Nanti kita lihat data-data yang lain juga. Jadi kalau berhenti itu tidak hanya dari EDM (electronic distance measurement), tapi tentunya data-data kegempaan itu juga nanti kita lihat dan juga data-data gasnya,” jelasnya.

Dirinya menambahkan, pergerakan magma masih akan terus terjadi mengingat ada fluida di dalam dan tetap bergerak, yang mengindikasikan terjadinya gempa low frequency (LF). Bahkan, terdapat potensi erupsi eksposit lantaran angka-angka gempa hembusan (DG) masih tergolong tinggi.

"Nilainya memang ada sedikit. Justru kalau DG-nya sedikit meningkat, ya. Jadi, ya, kalau angkanya itu dari 2 minggu yang kalau rata-ratanya 330, kemudian minggu kemarin itu 200-an, dan sekarang 300-an. Jadi, ini masih ada di kisaran fluktuatifnya aktivitas saat ini," tuturnya.

Sponsored

Karenanya, masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti arahan pemerintah setempat, tak mudah terpengaruh informasi-informasi yang tidak jelas sumbernya."Serta tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya," tandas Hanik.

Berita Lainnya
×
tekid