Di balik gaduh pesantren "radikal" versi BNPT 

Daftar pesantren radikal yang dirilis BNPT dipersoalkan.

Ilustrasi santri. Alinea.id/Aisya Kurnia

Daftar pesantren radikal versi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bikin geger Pondok Pesantren Nurussalam Ciamis, Jawa Barat. Di daftar tersebut, pesantren yang berdiri sejak 1991 itu masuk menjadi salah satu pesantren yang terafiliasi dengan kelompok teroris global Islamic State in Iraq and Syria (ISIS). 

Wakil pemimpin Nurussalam, Maksum mengatakan daftar pesantren radikal tersebut dibuat sepihak tanpa verifikasi terhadap pondok pesantren. Menurut Maksum, Nurussalam dan para pengasuhnya justru menentang ajaran ISIS. 

"Karena ISIS itu buatan Yahudi yang dilabelkan Islam. Kalau BNPT mau datang ke pondok kami, insyaallah akan kami hadapi. Semua itu rekayasa penguasa saat ini," kata Maksum kepada Alinea.id, Senin (31/1).

Ini bukan kali pertama Nurussalam disangkutpautkan dengan kelompok teroris. Pada 2014, Nurussalam pernah diklaim sebagai tempat belajar merakit bom oleh anggota kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) bernama Anton yang ditangkap Densus 88 di Banyuwangi, Jawa Timur. 

Maksum tentu saja membantah dikaitkan dengan Anton dan JAD. Ia menegaskan tak ada mata pelajaran merakit bom di ponpesnya. Seingat dia, tak pernah ada murid bernama Anton yang pernah jadi santri di Nurussalam.