Fanatisme bisa merusak kemajemukan

Fanatisme bisa merusak kemajemukan, karena akan melahirkan sikap yang merasa paling benar dan semaunya sendiri.

Wakil Ketua MPR, Jazilul Fawaid. Foto Antara/HO-Dok Humas MPR

Fanatisme yang berujuk pada tindakan radikal, menjadi fenomena global yang mesti terus menerus diwaspadai. Merasa golongannya paling benar, sedangkan yang lain salah jelas bertentangan dengan sistem demokrasi di Indonesia. Demikian disampaikan anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKB Jazilul Fawaid, Jumat (4/12).

Menurut dia, fanatisme bisa merusak kemajemukan, karena akan melahirkan sikap yang merasa paling benar dan semaunya sendiri. 

"Dan jelas tindakan tersebut berbahaya bagi Indonesia yang majemuk agama, bahasa, dan suku bangsanya," kata Gus Jazil, sapaan Jazilul Fawaid.

Gus Jazil mendorong pemerintah untuk mencegah dan menindak sedini mungkin agar tertutup celah lahirnya pikiran dan sikap radikalisme. Pemerintah perlu membuka berdialog dengan semua kalangan secara terus menerus.

"Pemerintah harus menunjukkan sikap keteladanan, dengan menghidupkan budaya dialog, serta menghindari kebijakan dan tindakan yang dapat menciderai rasa keadilan bagi warganya," tegas Wakil Ketua MPR RI itu.