Integrasi BRIN: Peneliti “nganggur” usai dilebur?

“Program yang diintegrasikan kan enggak ada. Justru yang terjadi adalah dihilangkan,” ucap seorang sumber Alinea.id.

Ilustrasi peneliti BRIN. Alinea.id/Debbie Alyuwandira

Peneliti ahli utama Organisasi Riset (OR) Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Djarot Sulistio Wisnubroto mempertanyakan keputusan di lembaganya yang membebaskan peneliti dan perekayasa memilih ingin ditempatkan bekerja di mana. Menurut dia, hal itu sama saja memberi kesempatan setiap orang untuk sembarangan memilih.

“Akhirnya ada yang pilih pulang ke daerah,” kata Djarot saat dihubungi reporter Alinea.id, Senin (4/7).

Misalnya, kata dia, rekannya di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) memanfaatkan kebijakan tersebut untuk pulang kampung ke Wonosari, Yogyakarta. Pilihan itu dipertanyakan Djarot karena di sana tak ada fasilitas nuklir untuk menunjang keahlian koleganya sebagai pranata nuklir.

“Jelas, dia tidak bisa mengerjakan apa pun yang menjadi spesialisasinya. Kecuali tugas-tugas perkantoran administrasi biasa,” ujar mantan Kepala BATAN itu.

Di samping itu, Djarot menjelaskan, ketika dilakukan proses integrasi berbagai lembaga riset, BRIN melakukan perubahan. Salah satunya memisahkan fasilitas riset dengan peneliti dan perekayasa.