Ivermectin, dari senat AS ke lingkar Jokowi

Indonesia mulai ikut-ikutan mendorong penggunaan ivermectin sebagai obat Covid-19.

Ilustrasi obat ivermectin. Alinea.id/Oky Diaz

Bertepatan dengan legalnya kemenangan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, sebuah rapat dengar pendapat digelar di Gedung Senat AS di Washington D.C. pada 8 Desember 2020. Menghadirkan para pengusung fringe theory dan penolak masker, rapat itu sepi anggota senat. 

Tak hanya diboikot para politikus Partai Demokrat, sejumlah anggota senat dari Partai Republik juga menolak hadir dalam rapat itu. Meski begitu, rapat tak lazim yang diinisiasi Ketua Komite Keamanan Nasional dan Urusan Dalam Negeri Senat AS, Ron Johnson, itu berlangsung hingga tuntas. 

“Rapat ini didesain untuk mengeksplorasi pendekatan-pendekatan tak biasa dalam menghadapi pandemi Covid-19. Akar dari permasalahan kita selama ini adalah pikiran-pikiran yang tidak terbuka," kata politikus Partai Republik itu saat membuka rapat.

Salah satu saksi yang dihadirkan ialah Jane Orient. Dokter berusia 74 tahun asal Arizona itu masyhur di Negeri Paman Sam sebagai penentang program vaksinasi untuk melawan Covid-19. Ia punya teori Covid-19 ditransmisikan dari sisa kotoran manusia yang menguap di udara. 

"Mungkin sebaiknya alih-alih meminta orang-orang patuh memakai masker, kita harus rajin-rajin menutup toilet atau menaburkan Clorox (sebuah merek disinfektan populer di AS) ke dalam toilet sebelum membilas," cetus Orient.