Jejak Listrik di Tanah Raja: Ketika listrik diperbincangkan dari sisi sejarahnya di Surakarta

Buku Jejak Listrik di Tanah Raja: Listrik dan Kolonialisme di Surakarta 1901-1957 mengulas listrik, tetapi dari sisi sejarah.

Bedah buku Jejak Listrik di Tanah Raja: Listrik dan kolonialisme di Surakarta 1901-1957. Foto Fitra Iskandar/Alinea.id

Coba bayangkan suasana Kota Solo pada malam hari di era kolonial. Kalau yang ada dalam imajinasi Anda, suasananya gelap, faktanya ternyata tidak begitu.

"Jangan dibayangkan tahun 1930-an itu (Solo) gelap gulita," kata anggota Dewan Komisaris PT PLN Eko Sulistyo.

Di masa itu showroom lampu dan peralatan listrik milik perusahaan listrik Algemeene Nederlandsch Indische Electriciteits Maatschappij (ANIEM) pun sudah seperti pasar peralatan listrik saat ini. Terang benderang dan dipenuhi macam-macam model lampu yang menarik.

"Itu seperti di (Pasar) Kenari, yang di Jakarta itu. Enggak ada beda," ujar Eko.

Eko tidak sedang asal bicara. Ia melakukan penelitian tentang sejarah listrik khususnya di Surakarta. Selama satu tahun, sejumlah arsip terutama dari perpustakaan di Belanda dan Reksopustoko Mangkunegaran ia serap, dan ia tuangkan dalam buku Jejak Listrik di Tanah Raja: Listrik dan Kolonialisme di Surakarta 1901-1957.