Kata Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi kepada orang tua Brigadir Yosua

Ferdy Sambo mengakui, peristiwa keji tidak lebih dari emosi yang tertanam dalam benak keruhnya.

Sidang pembunuhan Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (1/11). Alinea.id/Immanuel Christian.

Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi merepons linangan air mata dan getaran bibir dari orang tua Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J. Pertemuan kedua belah pihak tersaji dalam persidangan pembunuhan Brigadir J dengan terdakwa Sambo-Putri dan orang tua Brigadir J sebagai saksi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (1/11).

Sambo mengakui peristiwa keji tidak lebih dari emosi yang tertanam dalam benak keruhnya. Kemaraham berujung naik pitam hingga meledak dalam otak membuatnya harus melepaskan butir peluru dari pistol di saku.

“Saya sangat memahami perasaan Bapak. Saya mohon maaf. Saya sangat menyesal, waktu itu saya tidak mampu mengontrol emosi dan tidak mampu berpikir jernih,” kata Sambo. 

Menurut Ferdy Sambo, kemarahannya timbul karena mengetahui tindakan Yosua kepada sang istri, Putri Candrawathi. Tindakan yang kemudian diakui sebagai pelecehan seksual itu mengantarkan kepada meregangnya nyawa Brigadir J.

Kendati demikian, Ferdy Sambo tidak mau mengelak dari tuduhan dalam persidangan. Ia pastikan dirinya akan bertanggung jawab atas kejadian ini.