Kekejaman majikan dan para budak yang memberontak

Perbudakan di Hindia Belanda--sekarang Indonesia--mulai ada ketika kolonialisme bercokol pada abad ke-17.

Ilustrasi perbudakan. Alinea.id/Debbie Alyuwandira.

Keberadaan kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat, Sumatera Utara nonaktif Terbit Rencana Perangin Angin, setelah politikus Partai Golkar itu terjaring tangkap tangan KPK pada 19 Januari 2022, membelalakan mata publik.

Dari hasil penyelidikan, kerangkeng itu sudah ada sejak 10 tahun lalu, dengan total penghuni 656 orang. Usai melakukan investigasi, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menemukan dugaan praktik rehabilitasi ilegal, penghilangan kemerdekaan orang, serta dugaan tindak pidana perdagangan orang.

Bahkan, beberapa lembaga menduga, terdapat perbudakan modern terhadap orang-orang yang ditahan di kerangkeng untuk bekerja di kebun dan perusahaan sawit milik Terbit.

Perbudakan zaman baheula

Perbudakan mulai marak di Batavia, setelah Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) berhasil menaklukan beberapa daerah di Nusantara pada abad ke-17. Banyak penduduk daerah taklukan VOC dibawa sebagai budak dan tawanan perang ke Batavia. Alwi Shahab dalam buku Robin Hood Betawi (2002) menulis, suku pertama yang diangkut menjadi budak berasal dari Banda, Maluku Selatan.