Kekerasan warnai pengosongan lahan NYIA

Polisi menyeret warga dari rumahnya dan menghalangi mereka melakukan ibadah saat agenda pengosongan lahan pembangunan NYIA.

Wagirah, warga yang bertahan di rumahnya di Kulon progo, hingga aparat memaksa mengosongkan lahan dan rumah mereka untuk pembangunan NYIA./ Facebook Triyo Handoko

Wagirah baru akan menunaikan sembahyang dzuhur saat sejumlah aparat merangsek masuk ke rumahnya. Hari itu, Kamis (19/7) pihak Angkasa Pura I bersama pemerintah Kulon Progo menerjunkan 700 personil aparat gabungan, guna mengawal pembersihan 33 rumah di atas lahan yang akan dibangun NYIA, Bandara Kulon Progo, Yogyakarta. Sebanyak 23 rumah dikabarkan telah berhasil dikosongkan.

Wagirah yang masih mengenakan mukena jambon dipaksa keluar. Saat berupaya masuk kembali ke kediamannya, ia ditarik petugas hingga jatuh. Tak terima, Wagirah meronta keluar dan sengaja menghadang jalannya pengosongan rumahnya dan warga lain yang masih bertahan. Menyaksikan Wagirah diperlakukan seperti itu, seorang warga lainnya turut membantu. Situasi pun kian ricuh.

"Wanine karo wong tuo (Beraninya sama orang tua). Minggir! Minggir ra (Minggir enggak)! Minggir ora (Minggir enggak)!" kata Wagirah berteriak kepada petugas yang menghalanginya.

Cuplikan kejadian itu direkam dan disebarkan oleh akun Instagram @jogja_darurat_agraria

"Warga yang hendak mempertahankan rumahnya dan melakukan salat di dalam rumah, diseret petugas dan dihalang-halangi saat hendak mendekati rumah yang menjadi haknya," tulis akun tersebut.