Kemenkes dorong percepatan penurunan stunting secara inklusif

Budi menambahkan, pihaknya hingga tahun depan tengah berproses untuk penyediaan USG Digital bagi seluruh puskesmas di Indonesia.

Ilustrasi. Alinea.id

Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030, di mana kualitas SDM akan sangat menentukan produktivitas dan tingkat ekonomi. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menilai, penanganan stunting di Indonesia harus dilaksanakan secara inklusif melalui intervensi yang tepat.

Berdasarkan Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019, satu dari empat anak Indonesia atau sekitar 27,67% mengalami stunting. Angka ini turun dari 37,2 % pada tahun 2013.

Kendati demikian, kondisi stunting di Indonesia saat ini masih membutuhkan percepatan, terlebih angka stunting diupayakan turun menjadi 14% pada 2024 sesuai amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

“Sebagian besar stunting terjadi pada saat sebelum lahir. Maka intervensinya harus tepat,” kata Budi dalam keterangannya, dikutip Kamis (6/10).

Budi menjelaskan, upaya pencegahan dan penurunan angka stunting perlu intervensi seluruh pihak, mulai dari balita, masyarakat usia produktif, hingga ibu hamil. Sehingga, menurut Budi, dibutuhkan adanya gerakan nasional yang bersifat inklusif untuk menurunkan angka stunting.