Kerusuhan di Mako Brimob tak hanya dipicu soal makanan 

Pemicu kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, diduga cukup kompleks. Di antaranya tumpukan kemarahan para napi teroris kepada polisi.

Sejumlah anggota polisi berjaga di pintu masuk area Mako Brimob Kelapa Dua, Depok (Foto: Antara)

Kerusuhan maut di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Rabu (8/5) lalu, masih menyisakan teka-teki. Benarkah insiden yang menewaskan lima anggota Polri itu hanya dipicu persoalan makanan?

Seperti dijelaskan Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto, penyanderaan terhadap enam anggota Polri oleh sejumlah narapidana kasus terorisme itu bermula saat 10 anggota Brimob berpatroli melakukan pengecekan di setiap sel. 

Tiba-tiba seorang napi bernama Wawan mengamuk karena makanan titipannya tidak diberikan. Kondisi ini kemudian memantik amarah narapidana lain. Mereka memberontak hingga menguasai sejumlah rutan, di antaranya blok C. Setelah itu menyusul dua blok lain dari enam blok rutan di Mako Brimob Kelapa Dua. 

Pengamat terorisme dari lembaga The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, menduga ada persoalan kompleks yang memicu para narapida teroris nekat menyadera enam polisi –lima di antaranya tewas dan satu lainnya dilepaskan beberapa jam kemudian– sampai merebut senjata milik anggota Polri. 

Menurut Harits, drama penyanderaan selama sekitar 36 jam ini bisa saja dipicu akumulasi kemarahan napi teroris karena perlakuan aparat yang dianggap tidak adil kepada mereka.