Ketiadaan air bersih menyebabkan anak terkena stunting

Minimnya akses air bersih mengakibatkan masyarakat di NTT harus berjalan kaki hingga lima kilometer untuk mendapatkan air bersih.

Ilustrasi Alinea.id/Oky Diaz.

Akses terhadap air bersih menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat di berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT). Minimnya akses air bersih mengakibatkan masyarakat di NTT harus berjalan kaki hingga lima kilometer untuk mendapatkan air bersih. Tanggung jawab ini bahkan sering dibebankan kepada anak perempuan. Kelangkaan akses air bersih pun berdampak pada tingginya angka stunting di NTT.

Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti mengatakan, Nusa Tenggara Timur (NTT) memang mengalami permasalahan mengenai ketiadaan air bersih, angka akses terhadap air bersih di NTT masih masih sangat minim, yaitu di bawah 50% bahkan 30%.

“Sebagai organisasi hak anak, kami concern mengenai bagaimana tumbuh kembang anak dari masih bayi hingga menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan memiliki potensi yang baik untuk bisa bekerja dan mandiri,” ucap Dini dalam webinar "Harmoni Langkah untuk Akses Air Bersih di Lembata,” Sabtu (20/11).

Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Plan Indonesia  itu juga mengatakan isu lain yang terjadi di NTT selain mengenai stunting, yaitu mengenai keselamatan anak, potensi kekerasan serta keselamatan fisik anak. 

Pada kesempatan yang sama, Child Development and Protection Program Manager, Plan Indonesia Samuel Apsalon Niap mengatakan, stunting adalah kekurangan gizi kronis pada anak terutama di 1000 hari di kehidupan pertama.