Kisah eks ISIS dan peliknya menakar kaum radikal

Pemerintah tak berani memulangkan pengikut ISIS di Suriah.

Pemerintah menolak memulangkan pengikut ISIS asal Indonesia. Ilustrasi Alinea.id/Dwi Setiawan

Aula Gedung IASTH, Universitas Indonesia (UI) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat, penuh sesak dengan mahasiswa, Selasa (11/2) siang itu. Ratusan orang berjejal memenuhi hampir setiap sudut ruangan. Tak satu pun kursi kosong tersisa. 

Hari itu, sebuah acara peluncuran buku dan diskusi digelar di aula tersebut. Febri Ramdani, sang penulis, tengah jadi bintang. Di atas mimbar, suara pemuda berusia 22 tahun itu disimak secara saksama oleh para peserta diskusi. 

Buku Febri diberi tajuk "300 Hari di Bumi Syam: Catatan Perjalanan Mantan Pengikut ISIS". Isi buku itu kurang lebih mengisahkan pengalaman Febri saat "kesasar" ke Suriah dan bergabung dengan organisasi teroris pimpinan Abu Bakr Al-Baghdadi. 

"Saya ke Suriah pada tahun 2016 dan kembali ke Indonesia pada Agustus 2017," ujar Febri saat berbincang dengan Alinea.id usai forum diskusi itu. 

Febri sebenarnya tak tertarik bergabung dengan ISIS. Pada 2016, ia memutuskan terbang ke Suriah hanya untuk menyusul keluarganya yang telah lebih dulu berangkat. Ketika itu, ISIS memang sedang gila-gilaan merekrut prajurit asing.