"Yang kita lihat bukan agamanya. Tapi, saturasi oksigennya..."

Saat pandemi menggila, warga biasa dari berbagai kalangan merilis program-program kemanusiaan untuk melawan Covid-19.

Ilustrasi bantuan untuk pasien positif Covid-19. Alinea.id/Oky Diaz

Telepon seluler Viny Eriyanto, 39 tahun, kian rutin berdering. Hampir setiap hari, pesan-pesan berisi permohonan bantuan masuk ke ponselnya. Selain pasien Covid-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri (isoman), pesan ke ponsel Viny juga datang dari warga yang perekonomiannya ambruk karena pandemi.  

"Saya melihat banyak pejuang-pejuang nafkah harian kesulitan. Saya membaca peta itu di masyarakat. Akhirnya, saya inisiatif untuk menyumbang (bantuan) menggunakan dana pribadi," kata Viny saat berbincang dengan Alinea.id, Senin (12/7).

Viny membuka layanan bantuan makanan bagi warga awal Juli lalu atau tak lama setelah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat Jawa-Bali diketok pemerintah. Pengumuman bantuan itu ia unggah di akun Instagram pribadinya, @yashvyn.

Pada mulanya, Viny hanya menargetkan menyuplai makanan bagi sepuluh pasien Covid-19. Target itu ia perbaharui setelah unggahannya direspons positif warganet. Banyak donatur yang menyatakan bersedia membiayai proyek bantuan itu. 

"Saya tidak menyangka dukungan dan support-nya luar biasa, baik dari masyarakat yang mengajukan (permohonan bantuan) maupun dari donatur yang ingin turut serta membantu. Akhirnya, saya makin optimistis," kata perempuan pengusaha butik itu.