Kisah para penyintas Covid-19 dan perjuangan melawan stigma

Stigma berpengaruh negatif terhadap pasien dan usaha menekan angka penularan Covid-19.

Petugas medis menunggu warga yang akan melakukan tes swab Covid-19. Foto Antara/Muhammad Adimaja.

Selama sepekan, mulai 28 September-6 Oktober 2020, Syefri Luwis mesti mengisolasi diri di rumah. Hasil tes swab menunjukkan ia terpapar virus SARS-CoV-2 penyebab Coronavirus disease 2019 (Covid-19). Ia menduga, tertular virus itu dari sebuah rumah sakit. Sebelumnya, ia ke rumah sakit untuk menemani ibunya yang dirawat karena Covid-19.

“Padahal saya hanya menunggu dari luar runagan. Menunggu kabar dari dokter,” kata dia saat dihubungi, Minggu (24/10).

Peneliti sejarah kesehatan dan penulis buku Epidemi Penyakit Pes di Malang 1911-1916 (2020) itu mengatakan, ia tidak bergejala sama sekali alias orang tanpa gejala (OTG).

“Hanya badan seperti akan sakit, tapi tidak sampai sakit,” ujarnya.

Di rumah, ia tinggal bersama kedua orang tuanya. Ketika terpapar Covid-19, ia memisahkan segala sesuatu, seperti pemakaian kamar mandi, agar ayahnya tak ikut terlular.