KNTI: Eksploitasi berlebih rusak laut Indonesia

Padahal, laut menjadi penyedia pangan untuk mendukung keamanan dan kedaulatan pangan nasional.

Ilustrasi. Pixabay

Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyatakan, banyak terjadi kerusakan di laut imbas eksploitasi berlebihan. Penangkapan ikan yang merusak, penangkapan berlebih, polusi, pembangunan infrastruktur pesisir, pengerukan, penimbunan tanah, dan penambangan yang mengubah lingkungan fisik, misalnya.

"Kita juga menyaksikan ekstraksi habitat yang merusak, seperti penebangan hutan mangrove di sejumlah wilayah," ujar Ketua Harian KNTI, Dani Setiawan, melalui keterangan tertulis yang diterima Alinea.id di Jakarta, Selasa (9/6).

Berdasarkan catatan KNTI, hutan mangrove di Indonesia berkurang 30% lebih dalam 25 tahun. Juga 23% terumbu karang rusak selama 12 tahun.

Padahal, dia mengingatkan, kawasan laut di Tanah Air menjadi pusat global keanekaragaman hayati karena garis pantainya, lebih dari 95.180 kilometer (km), terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Pun menjadikan Indonesia sebagai penghasil ikan terbesar kedua untuk pasar domestik dan internasional lantaran kaya sumber daya.

"Di Indonesia, produk perikanan diperkirakan menyediakan 54% dari seluruh protein hewani yang dikonsumsi. Tidak bisa dipungkiri, laut adalah penyedia pangan yang sangat besar untuk mendukung keamanan dan kedaulatan pangan nasional," paparnya.