sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

KNTI: Eksploitasi berlebih rusak laut Indonesia

Padahal, laut menjadi penyedia pangan untuk mendukung keamanan dan kedaulatan pangan nasional.

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Selasa, 09 Jun 2020 14:57 WIB
KNTI: Eksploitasi berlebih rusak laut Indonesia

Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyatakan, banyak terjadi kerusakan di laut imbas eksploitasi berlebihan. Penangkapan ikan yang merusak, penangkapan berlebih, polusi, pembangunan infrastruktur pesisir, pengerukan, penimbunan tanah, dan penambangan yang mengubah lingkungan fisik, misalnya.

"Kita juga menyaksikan ekstraksi habitat yang merusak, seperti penebangan hutan mangrove di sejumlah wilayah," ujar Ketua Harian KNTI, Dani Setiawan, melalui keterangan tertulis yang diterima Alinea.id di Jakarta, Selasa (9/6).

Berdasarkan catatan KNTI, hutan mangrove di Indonesia berkurang 30% lebih dalam 25 tahun. Juga 23% terumbu karang rusak selama 12 tahun.

Padahal, dia mengingatkan, kawasan laut di Tanah Air menjadi pusat global keanekaragaman hayati karena garis pantainya, lebih dari 95.180 kilometer (km), terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Pun menjadikan Indonesia sebagai penghasil ikan terbesar kedua untuk pasar domestik dan internasional lantaran kaya sumber daya.

"Di Indonesia, produk perikanan diperkirakan menyediakan 54% dari seluruh protein hewani yang dikonsumsi. Tidak bisa dipungkiri, laut adalah penyedia pangan yang sangat besar untuk mendukung keamanan dan kedaulatan pangan nasional," paparnya.

Selain kaya sumber daya alam (SDA), tambah Dani, laut Indonesia juga memberikan nilai ekonomi yang tinggi bagi kesejahteraan masyarakat dan perekonomian negara. 

Karenanya, KNTI mengajak seluruh pihak memanfaatkan memontum Hari Laut Sedunia, yang jatuh setiap 8 Juni, untuk bersungguh-sungguh meningkatkan peran strategis kelautan dalam membangun peradaban dan sebagai poros maritim dunia. Guna merealisasikannya, perlu perubahan orientasi pembangunan.

"Pemerintah juga dituntut untuk lebih serius melakukan inovasi-inovasi di sektor perikanan, termasuk budi daya. Kekayaan laut jangan menjadi kutukan karena Indonesia gagal untuk memanfaatkan secara bijaksana dan mendorong penciptaan nilai tambah," tuturnya.

Sponsored

KNTI pun meminta pemerintah memberikan tempat terhormat kepada seluruh pelaku di sektor ini. Para nelayan kecil yang jumlahnya terbesar pada perikanan tangkap, khususnya.

"Kehidupan nelayan sangat tergantung dari laut dan menjadikan laut sebagai masa depan mereka. Praktik-praktik penangkapan sudah saatnya dilakukan secara berkelanjutan. Dengan demikian, laut dapat menopang kehidupan nelayan dan sekaligus dapat memenuhi kebutuhan protein untuk bangsa Indonesia," tutup Dani.

Berita Lainnya
×
tekid