Kupas tuntas jaringan penyebar hoaks

Penangkapan kelompok penyebar hoaks MCA jadi pembuka jalan membongkar motif, pelaku, dan jaringan besar lainnya.

Tim Siber Bareskrim Mabes Polri menghadirkan tersangka saat merilis pengungkapan sindikat penyebar isu-isu provokatif di media sosial, di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Rabu (28/2). / Antarafoto

Penangkapan enam orang penyebar konten hoaks dan ujaran kebencian oleh Direktorat Siber Polri mengkonfirmasi, hoaks dan ujaran kebencian sengaja diproduksi dan disebarkan secara sistematis lewat jaringan yang solid.

"Penangkapan simultan di Surabaya, Bali, Sumedang, Pangkalpinang, Palu, dan Yogyakarta menggambarkan, kelompok yang diidentifikasi sebagai Moslem Cyber Army (MCA) memiliki sebaran hampir di seluruh Indonesia," kata Direktur Setara Institute, Hendardi kepada Alinea, Kamis (1/3).

Sebagai gerakan yang didesain, kata Hendardi, Direktorat Siber harus mampu melacak aktor-aktor intelektual di balik MCA untuk melindungi masyarakat dari paparan berita bohong dan kebencian. Dia menambahkan, melihat personel dan pola gerakannya, kelompok MCA ini agak berbeda dengan Saracen yang memiliki struktur jelas dan motif ekonomi dominan.

Menurutnya kelompok MCA tampak lebih ideologis, memiliki banyak sub kelompok dan ribuan anggota di seluruh Indonesia dengan ikatan organisasional yang relatif cair. Oleh karena itu, daya rusak kelompok ini lebih besar daripada Saracen.

Bahkan jika ditinjau dari konten yang disebarkan, pesan-pesan kelompok MCA mengarahkan kebencian itu pada partai politik atau tokoh yang saat ini menjalankan kepemimpinan nasional. Secara sederhana sebenarnya dapat disimpulkan, pekerjaan ini datang dari kelompok oposisi.