Malam terakhir di rumah Arswendo

Paulus Arswendo Atmowiloto atau Sarwendo wafat pada usia 70 tahun di kediamannya, Jalan Damai, Kompleks Kompas, Jakarta, Jumat sore.

Sejumlah kerabat dan anggota keluarga berdoa di dekat jenazah Sastrawan Arswendo Atmowiloto di Rumah Duka Petukangan Selatan, Jakarta, Jumat (19/7)./ Antara Foto

Kematian bagi sebagian orang adalah tanda kehilangan. Namun, buat Arswendo, kematian justru jadi saat tuntasnya penantian.

Paulus Arswendo Atmowiloto atau Sarwendo wafat pada usia 70 tahun di kediamannya, Jalan Damai, Kompleks Kompas, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta, Jumat (19/7) sore. Sebagaimana nama jalan rumahnya, Arswendo berpulang dengan damai setelah berjuang melawan kanker kandung kemih yang membuatnya sempat dirawat beberapa kali di rumah sakit.

Wafatnya Arswendo tak didahului banyak tanda. Ia menghembus napas terakhir begitu saja. “Meninggalnya tenang, baik, senyum, dan sekarang sudah tidak sakit lagi,” kata Tiara, anak ketiga Arswendo saat ditemui di rumah duka.

Tenang. Ungkapan itu yang mungkin tepat mewakili suasana di rumah duka pada malam kepulangan Arswendo. Tak ada suara meraung-raung, para pelayat yang datang menyimpan isak tangisnya masing-masing untuk dirinya sendiri.

Kerelaan itu juga ditunjukkan oleh istri Arswendo, Agnes Sri Hartini. Pada malam kepergian suaminya, Agnes sibuk memastikan berbagai urusan persemayaman dan peribadatan berjalan sempurna. Ia bahkan aktif memilihkan peti jenazah untuk Arswendo sembari menerima kedatangan pelayat yang tak henti datang ke rumah duka dari Jumat malam hingga Sabtu dini hari.