Menko PMK ungkap alasan kebijakan tangani Covid-19 berubah-ubah

Perilaku Covid-19 yang berubah-ubah diklaim berdampak pula pada pergantian kebijakan pemerintah.

Menko PMK Muhadjir Effendy (tengah) memberikan keterangan pers usai mengikuti rapat yang dipimpin oleh Presiden Jokowi, di Jakarta, Senin (5/4/2021). Foto: setkab.go.id/Humas Setkab/Rahmat

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjawab alasan kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid-19 berubah-ubah.

“Bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah, kenapa harus selalu elastis dan disesuaikan keadaan. Di dalam kacamata orang dianggap selalu berubah-ubah. Sebenarnya ini tidak lepas dari keadaan perilaku dari Covid-19,” ucapnya dalam diskusi virtual, Rabu (1/9).

Ia pun mengakui banyak asumsi-asumsi kesehatan telah dibangun untuk merumuskan kebijakan penanganan Covid-19. Namun, perilaku Covid-19 yang berubah-ubah diklaim berdampak pula pada pergantian kebijakan pemerintah. Misalnya, ibu hamil yang semula diasumsikan tidak akan mudah terinfeksi Covid-19 terbantahkan. Kenyataannya, banyaknya ibu hamil yang terinfeksi Covid-19. Bahkan, tidak jarang anak yang dilahirkan pun terpapar Covid-19.

Selain itu, remaja yang dinilai memiliki imunitas sangat bagus, ternyata semakin hari banyak yang terinfeksi Covid-19. Kemudian, terkait konsep herd immunity (kekebalan kelompok) yang diasumsikan apabila sudah mencapai 70%, maka akan mampu melindungi masyarakat dari bahaya Covid-19.

“Asumsi kita kalau semua sudah divaksin lebih dari 70% maka mereka yang belum divaksin akan terpagari oleh mereka yang sudah terjangkit maupun yang divaksin. Kenyataannya jangankan yang belum divaksin, yang sudah vaksin pun bisa terserang Covid-19,” tutur Muhadjir.