Napas panjang aktivis '98 menyuarakan pelanggaran HAM Prabowo

Ini setidaknya terlihat dari kegiatan bedah Buku Hitam Prabowo Subianto di sela-sela Pilpres 2024.

Aktivis '98 seakan memiliki napas panjang untuk terus menyuarakan kasus pelanggaran HAM berat oleh Prabowo. Alinea.id/Aisya Kurnia

Anjing menggonggong, khafilah berlalu. Seperti itulah suara aktivis '98 tentang pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat dan penculikan aktivis. Sekalipun membuat calon presiden (capres) Prabowo Subianto geram, tetapi terus isu-isu tersebut pada momentum pemilihan umum (pemilu).

Setidaknya ini terlihat dari kegiatan bedah Buku Hitam Prabowo Subianto. Setelah di Jakarta, acara digelar di sejumlah daerah, seperti Surabaya, Jawa Timur; Serang, Banten; hingga Mataram, NTB.

Eks aktivis '98, Majas Prihatin, menyampaikan, pelanggaran HAM berat adalah persoalan serius. Oleh sebab itu, masalah tersebut harus terus disuarakan, termasuk mengulas Buku Hitam Prabowo Subianto.

Buku tersebut ditulis eksponen '98, Azwar Furgudyama. Buku tersebut terdiri dari 7 bab dan kali pertama diluncurkan pekan lalu dalam rangka memperingati Hari HAM Sedunia, yang diperingati setiap 10 Desember.

"Buku ini mengungkap penculikan aktivis, kerusuhan Mei 1998, dugaan upaya Prabowo melakukan 'kudeta' terhadap Presiden BJ Habibie, serta jejak kelamnya di Timor Leste dan Papua," beber Majas dalam kegiatan bedah Buku Hitam Prabowo Subianto di Mataram, Minggu (17/12).