Pandemi Covid-19 membuka tabir kesenjangan dunia pendidikan

Guru SD melakukan proses belajar mengajar (PBM) dengan siswa melalui aplikasi media daring di rumahnya di Kelurahan Bubulak, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/4).Foto Antara/Arif Firmansyah/foc.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akibat pandemi coronavirus baru (Covid-19) ternyata mengungkap kesenjangan pendidikan secara nyata.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan Retno Listyarti menjelaskan, PJJ telah membuka tabir kesenjangan antara anak keluarga kaya dengan anak keluarga miskin.

“Disparitas ini sudah lama terpendam dan dibiarkan negara. Bagi siswa dari keluarga kelas menengah dan kelas atas, komputer, pulsa dan kuota internet jelas bukan masalah. Tetapi, bagi mayoritas siswa dari keluarga kelas bawah, apalagi pelosok, teknologi jelas masih merupakan barang mewah yang sulit dijangkau,” ucapnya, dalam keterangan tertulis, Selasa (5/5).

Pandemi Covid-19 telah membuka lebarnya kesenjangan adaptasi digital di kalangan siswa. Kebutuhan akan digitalisasi berhadapan dengan kenyataan lebarnya ketidaksetaraan sosial-ekonomi di kalangan keluarga siswa. Kesenjangan sosial-ekonomi berimplikasi pada perbedaan tajam dalam akses terhadap teknologi komunikasi dan informasi.

KPAI menyatakan keprihatinan atas data bahwa 54% dari 608.000 pelajar di Provinsi Papua tak dapat menerapkan belajar di rumah via daring. Bahkan, lewat siaran TVRI. Kondisi tersebut tercipta lantaran minimnya prasarana jaringan internet, televisi, atau pun radio, hingga banyaknya wilayah yang belum teraliri listrik.