Sebut harga PCR bisa turun lagi, Dirut Bio Farma klarifikasi pernyataannya

Sebelumnya, Honesti Basyir menyebutkan masih terbuka kemungkinan harga tes PCR turun.

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir. Foto Antara/Ade Irma Junida

Bio Farma memberi penjelasan terkait struktur harga test polymerase chain reaction (PCR). Terkini, batas tarif tertinggi pemeriksaan PCR diturunkan menjadi Rp275.000 untuk Pulau Jawa dan Bali. Sedangkan luar Jawa-Bali sebesar Rp300.000. Namun, Direktur Utama (Dirut) Bio Farma, Honesti Basyir dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI pada Selasa (9/11) menyebutkan harga PCR bisa hanya Rp90.000.

Terbaru, Honesti mengklarifikasi pernyataannya. Maksudnya, Rp90.000 adalah reagent kit PCR-nya saja. Ini merupakan salah satu komponen utama dalam diagnostik kita PCR tes. Reagen kit PCR adalah cairan yang digunakan untuk mendukung pengujian tes PCR swab maupun alternatif gargle PCR. Reagen biasanya ditambahkan untuk melihat reaksi kimia dalam mendiagnosis infeksi virus Covid-19. 

“Yang dimaksud dengan harga Rp90.000, adalah harga Reagen Test Kit PCR nya, bukan tarif layanan PCR secara keseluruhan,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Rabu (10/11).

Bio Farma terlibat dalam pelayanan tes PCR, seperti mBioCov-19 dan BioVTM /Biosaliva atau 31-34% dari seluruh komponen. Harga dalam e-katalog yang masih tayang saat ini untuk reagen kit PCR adalah Rp193.000, termasuk PPN. Saat ini, sedang dalam proses pengajuan harga baru menjadi Rp89.100, termasuk PPN.

Penetapan tarif pemeriksaan PCR adalah kewenangan dari Kementerian Kesehatan. Namun, ketika harga reagen sebesar Rp90.000, maka tarif layanan PCR di Bio Farma masih sekitar Rp275.000. Struktur harga bisa berbeda-beda tergantung pada masing-masing laboratorium. Sebab, beberapa komponen lainnya dapat mempengaruhi harga tersebut, seperti RNA kit ekstraksi, bahan material habis pakai (BMHP), alat pelindung diri (APD), biaya operasional, hingga layanan dari masing-masing laboratorium.