Pengetahuan minim, pengurangan risiko bencana tak maksimal

Ada jurang lebar antara pembuat kebijakan dan publik dengan peneliti dan akademisi.

Ekskavator membuka akses jalan yang tertutup karena longsor di Kabupaten Lebak, Banten, awal 2020. Foto Antara/Bagus Khoirunas

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menilai, minimnya pengetahuan risiko menjadi belum maksimalnya pengurangan risiko bencana di Indonesia. Pangkalnya, memengaruhi penyelesaian dari akar masalah.

"LIPI memiliki pengalaman panjang dalam melakukan penelitian di bidang kebencanaan, baik dari aspek hard science dan social science," ujar Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI, Tri Nuke Pudjiastuti.

Karenanya, LIPI mendorong penggabungan antardisiplin ilmu upaya untuk melihat pengurangan risiko bencana dioptimalkan.

"Pendekatan ilmu pengetahuan dapat berkontribusi pada penguatan upaya pengurangan risiko bencana. Selanjutnya juga mendukung target pencapaian pembangunan berkelanjutan," jelas Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Ocky Karna Radjasa. 

Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto, menambahkan, ada empat tindakan prioritas dalam mengurangi risiko bencana. Dua di antaranya telah dijalankan LIPI, yaitu dalam memberikan pemahaman kepada publik dan meningkatkan kinerja manajemen risiko bencana.